kalselsatu.com, BANJARMASIN – Beberapa tahun terakhir, teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin berkembang pesat dan menarik perhatian berbagai kalangan, terutama generasi muda.
Jika digunakan dengan bijak, AI dapat memberikan berbagai manfaat, khususnya bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas kuliah dan mengatur jadwal sehari-hari.
Di Institut Bisnis dan Teknologi Kalimantan (IBITEK), mahasiswa sudah mulai memanfaatkan AI sebagai alat bantu untuk mempermudah pengerjaan tugas.
Teknologi ini terbukti sangat membantu, terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memiliki tingkat kesulitan tertentu. Hanya dengan memasukkan petunjuk atau prompter yang tepat, kecerdasan buatan dapat memberikan hasil yang diinginkan.
“AI memang sangat membantu dalam mengerjakan tugas kuliah, apalagi kalau ada tugas yang agak rumit. Kami bisa mendapatkan solusi lebih cepat dan lebih efisien,” ujar Rahmi Safitri, mahasiswa Akuntansi IBITEK.
Menurutnya, berbagai aplikasi AI kini hadir dengan ragam fitur menarik yang tidak hanya dapat membantu menyelesaikan tugas kuliah, tetapi juga bisa digunakan dalam pekerjaan di berbagai sektor.
Salah satu fitur yang paling sering digunakan adalah kemampuan AI untuk merangkum informasi dalam waktu singkat, yang tentu saja menghemat banyak waktu bagi mahasiswa yang memiliki banyak tugas.
“AI sangat berguna, terutama dalam mencari referensi atau meringkas artikel. Tapi, AI bukan berarti bisa menggantikan kreativitas atau kemampuan berpikir kita,” tambahnya.
Meski bermanfaat, penggunaan kecerdasan buatan tetap memerlukan kontrol dan pengawasan. mahasiswa lainnya, Eko sepakat bahwa meskipun AI bisa menyelesaikan banyak hal, teknologi ini tetap memerlukan pemahaman dan keterampilan dari penggunanya.
Mahasiswa pun diingatkan untuk tidak terlalu bergantung pada AI, apalagi jika hanya digunakan untuk menghindari proses berpikir atau malas belajar.
“AI itu penting, tetapi jangan sampai kita jadi malas berpikir atau mengandalkan sepenuhnya pada teknologi. Keseimbangan antara teknologi dan kreativitas tetap perlu dijaga,” jelas Eko.
Bagi sebagian mahasiswa, AI adalah alat yang harus dimanfaatkan dengan maksimal. Mereka berharap agar teknologi ini semakin dikenal luas dan mulai dikenalkan sejak dini, mengingat manfaat besar yang bisa diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk urusan akademis maupun di dunia kerja.
“Harus ada pemahaman yang jelas tentang AI, bahwa ini hanya alat bantu yang harus digunakan dengan bijak. Kalau bisa mengontrol penggunaannya, maka manfaatnya bisa sangat besar,” kata Eko.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada dampak negatif dari penggunaan AI, terutama jika digunakan secara berlebihan atau tanpa pengawasan.
Salah satu tantangan utama adalah kecenderungan untuk mengandalkan AI tanpa berpikir kritis, yang bisa mengurangi kemampuan belajar mahasiswa.
Hal ini juga bisa berisiko menyebabkan rasa malas atau menyepelekan tugas yang seharusnya dikerjakan dengan serius.
“Saya rasa penting untuk selalu ada pengawasan terhadap penggunaan AI di kalangan mahasiswa. Kalau tidak, kita bisa tergantung sepenuhnya pada teknologi tanpa mengembangkan kemampuan berpikir kita sendiri,” sambung Eko.
Dengan adanya kecerdasan buatan yang semakin berkembang, para mahasiswa berharap dapat terus memaksimalkan teknologi ini untuk mendukung pendidikan mereka, tanpa mengorbankan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas yang harus terus diasah.
