kalselsatu.com, KABUPATEN BANJAR – Kalimantan Selatan dikenal tidak hanya karena kekayaan budaya, tetapi juga kuliner tradisionalnya yang khas.
Salah satu camilan legendaris yang tetap lestari hingga saat ini adalah Wadai Cincin. Kue ini, dengan rasa manis dan tekstur unik, menjadi oleh-oleh yang tak boleh dilewatkan siapa pun yang berkunjung ke daerah ini.
Salah satu tempat yang terkenal dengan kue ini adalah sebuah warung kecil di pinggir Jalan Ahmad Yani, Kilometer 16, Gambut, Kabupaten Banjar.
Di warung sederhana ini, tradisi kuliner lokal yang sudah bertahan lama tetap terjaga dengan baik. Muja, penjual Wadai Cincin di warung tersebut, menceritakan bagaimana kue ini bisa tetap eksis dan terus diminati.
“Wadai Cincin sudah ada sejak dulu. Banyak orang yang suka karena rasanya yang manis dan teksturnya yang unik. Kami terus mempertahankan resep dan cara pembuatannya yang turun-temurun,” kata Muja, sambil menunjukkan cara membuat Wadai Cincin yang sudah menjadi keahlian keluarganya.
Wadai Cincin terbuat dari tepung beras, gula merah, dan telur bebek, yang dipadukan dengan bumbu sederhana namun menghasilkan rasa yang khas. Ketika digoreng, kue ini memiliki tekstur yang krenyes di luar dan lembut di dalam, memberikan sensasi kenikmatan yang berbeda setiap kali digigit.
Bukan hanya rasanya yang istimewa, tetapi cara pembuatan Wadai Cincin pun cukup unik. Tidak seperti kue gorengan pada umumnya yang menggunakan saringan untuk mengangkatnya dari minyak, Muja menggunakan sebatang kayu kecil untuk mengangkat Wadai Cincin dari penggorengan.
Teknik ini dilakukan untuk menjaga agar bentuk dan tekstur kue tetap sempurna, menyerupai cincin yang menjadi ciri khasnya.
“Kami menggunakan kayu kecil untuk mengangkat kue dari minyak, ini agar bentuknya tetap terjaga. Cara ini sudah dilakukan turun-temurun, dan hasilnya kue jadi renyah tapi tetap empuk di dalam,” jelas Muja.
Meski memiliki cita rasa yang khas dan proses pembuatan yang agak berbeda dari kue gorengan lainnya, harga Wadai Cincin cukup terjangkau.
Dengan hanya Rp 10.000, pembeli sudah bisa menikmati 20 potong kue lezat ini. Tidak heran jika pada akhir pekan, warung ini mampu meraup keuntungan antara Rp 500.000 hingga 1 juta rupiah.
Kini, Wadai Cincin tidak hanya menjadi camilan yang dinikmati oleh warga lokal, tetapi juga oleh-oleh khas yang banyak dicari oleh wisatawan.
Rasanya yang autentik dan cara pembuatannya yang unik menjadikan Wadai Cincin simbol dari kuliner tradisional Kalimantan Selatan yang tak lekang oleh waktu.
“Tidak hanya warga Banjar, banyak juga pengunjung dari luar kota yang datang dan membeli Wadai Cincin untuk oleh-oleh. Ini membuktikan bahwa camilan tradisional tetap bisa diterima oleh berbagai kalangan,” kata Muja, yang telah menjual Wadai Cincin ini selama lebih dari 10 tahun.
