kalselsatu.com, BANJARMASIN – Di tengah pesatnya perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, salah satu pengrajin alat musik, Yuli Alpiansyah, berhasil menembus pasar dunia dengan produk biola elektrik buatannya.
Produk buatan Yuli kini dikenal hingga ke luar negeri, dan ia mampu meraup keuntungan hingga ribuan dolar dari setiap unit biola yang terjual.
Yuli, yang menjalankan usaha pembuatan biola elektrik di Jalan Sultan Adam, Banjarmasin, mengungkapkan bahwa meskipun usaha ini masih terbilang baru, ia sudah berhasil menembus pasar internasional.
“Saya mulai usaha ini dengan modal kecil dan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk. Alhamdulillah, permintaan datang dari berbagai negara,” kata Yuli.
Dengan harga yang bervariasi antara 500 hingga 2.000 dolar Amerika, tergantung pada permintaan dan spesifikasi biola, Yuli mampu memenuhi pesanan dari para pemain biola profesional di seluruh dunia.
“Mayoritas pelanggan saya datang dari luar negeri, sekitar 80 persen, dan sisanya dari dalam negeri,” tambahnya.
Dalam memasarkan produknya, Yuli mengandalkan media sosial sebagai sarana untuk menjangkau pasar global.
Hal ini ternyata memberi dampak yang besar pada bisnisnya, karena banyak dari pelanggannya yang sebelumnya tidak mengenal produk biola elektrik Yuli.
“Dulu, saya hanya mengandalkan mulut ke mulut dan pasar lokal. Tapi, dengan berkembangnya media sosial, saya bisa menjangkau lebih banyak orang, bahkan pemain biola profesional di luar negeri,” ungkapnya.
Salah satu kunci keberhasilan Yuli dalam bersaing di pasar global adalah kualitas biola elektrik yang diproduksinya.
Menurutnya, menjaga kualitas menjadi hal utama untuk memastikan produk tetap diterima di pasar internasional yang sangat kompetitif.
“Saya selalu berusaha menjaga kualitas biola yang saya buat. Bahan-bahan yang digunakan pun harus berkualitas tinggi, karena biola elektrik yang baik tidak hanya soal desain, tapi juga soal suara yang dihasilkan,” jelas Yuli.
Meski sukses menembus pasar global, Yuli tidak menutupi sejumlah tantangan yang dihadapinya dalam proses produksi.
“Salah satu kendala terbesar yang saya hadapi adalah keterbatasan tenaga kerja dan alat penunjang produksi. Saya hanya bisa memproduksi sekitar 5 unit biola elektrik per bulan,”sambungnya.
Keterbatasan kapasitas produksi ini membuat Yuli berharap bisa menemukan investor yang dapat membantunya meningkatkan usaha.
“Dengan tambahan modal dan fasilitas yang lebih baik, saya yakin bisa meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang,” harapnya.
Sebagai pengusaha UMKM, Yuli menyadari bahwa meskipun usahanya berkembang pesat, ia tetap harus menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Yuli percaya, dengan dukungan yang tepat, usaha pembuatan biola elektriknya bisa berkembang lebih besar lagi.
“Saya berharap ada dukungan lebih banyak untuk pelaku UMKM seperti saya, terutama dalam hal pembiayaan dan akses ke alat produksi yang lebih memadai,” katanya. (ks)
